Kamis, 26 Oktober 2017

Turki

Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang Turki, mungkin sudah terlalu banyak cerita tentang negara yang mengagungkan Kemal Attaturk sebagai Bapak Turki, yang tidak sama sekali merepresentatifkan Islam, tapi Kemal adalah representatif dari sekulerisme Turki.

Dialah yang menghancurkan Islam di Turki bahkan dialah pemicu Nasionalisme Dunia Islam. Dengan Partai Rakyat Republik (Republican Peoples Party) juga Motherland Party atau juga Partai Masyarakat Demokratis Sosialis, Kemal Pasha menyerukan Nasionalisme Turki.

Dan hasilnya? bisa kita lihat sekarang, Turki benar-benar telah menjadi negara sekuler, namun ironisnya ketika Turki merintis jalan menuju sekularisme, tak satupun negara Eropa mengakuinya sebagai bagian dari Eropa, padahal itu adalah cita-cita Turki. Bahkan namanyapun tidak tercantum dalam deretan-deretan negara di PBB.

Itu semua dilatarbelakangi trauma historis Barat terhadap kekuasaan Islam yang lebih kurang telah berkuasa selama 35 Abad, dan Barat masih menyimpan memory perang Salib yang Turki dijadikan representatif dari kekuatiran Barat. Padahal kekuatiran Barat itu tidak berdasar dan mengada-ada, yang ada adalah Turki tidak diterima Barat dan menolak disebut sebagai bagian dari Islam. Lalu kemana kamu, wahai Turki ?
 
PAKISTAN

Sebuah negeri di timur jauh, yang dulunya menjadi satu dengan India ini, telah memisahkan diri dengan iming-iming kemerdekaan (baca :otonomi), lagi-lagi Inggris bermain di balik tipu daya itu.

Pada tanggal 11 Agustus 1947 lahirlah sebuah negara dengan sebutan Pakistan, yang didalamnya hidup mayoritas orang-orang muslim, dan itu pula yang dijadikan alat oleh Inggris agar Pakistan bisa memisahkan diri dari India. Dengan semboyan Pakistan Abadi, nyatanya Inggris bagai memotong roti ulang tahun, memisahkan antara Pakistan Barat dan Pakistan Timur. Pakistan Barat yang banyak dihuni suku Urdu, pada saat ini telah menjadi Pakistan yang sesungguhnya, sedangkan Pakistan Timur banyak dihuni oleh Suku Bengali.

Inggris terus memainkan pion-pion caturnya di negara jajahannya ini, sembari menyebarkan opini bahwa orang Benggali dianggap lebih rendah dari orang Urdu.

Apa yang terjadi kemudian, pertikaian demi pertikaian Suku Benggali yang merasa di anaktirikan itu memerdekan diri, yang sekarang disebut Negara Bangladesh. Yang diprakarsai Mujibur Rahman yang bersengketa dengan Zulfikar Ali Bhutto tahun 1971.
Dan, mau dipotong berapa dan dengan alasan apa Inggris hendak membagi negeri-negeri yang dulunya hidup sejahtera dalam satu bendera Daulah Khilafah Islamiyyah ?
Previous Post
Next Post

0 komentar: