Kamis, 26 Oktober 2017

Jalan Ngawur Kawin Campur

Edisi: 89/Maret 2007

Sobat, pernah ga kamu denger soal istilah kawin campur? Sebenarnya nih ya, istilah kawin campur tuh idem banget ama nikah beda agama. Kalo sobat ngertinya kawin campur itu adalah pernikahan antara 2 orang yang berbeda bangsa alias negara, maka sobat semua telah ter-ti-pu (bacanya sambil diputus-putus ya, seperti ngomongnya Eko Patrio di Dewa-dewi Malam, “ter-la-lu.”) hehe. Istilah kawin campur atau mixed couple, udah menjadi tren sejak beberapa seleb menikah dengan orang-orang asing (alien kali…). Sebut aja Ayu Azhari yang kesengsem ama vokalis White Lion asal Amrik Mike Tramp, yang diungkap oleh Kompas Cyber Media. Konon, ga ada angin, ga ada hujan, setelah pisah ama suami kedua Teemu Yusuf Ibrahim, Ayu hamil diluar nikah. Sama siapa tuh, ya siapa lagi kalo bukan ama Mike Tramp. Dieeng. Ngapain aja sih mereka? Ya itu, lagi benerin engsel pintu. Hehe. Nah, kasus Ayu ga jauh beda ama Tamara Blezynski yang lagi deket ama bintang iklan Kanada, namanya juga Mike. Dan gosipnya Tamara lagi hamil lho. Weleh-weleh dasar gosip, digosok makin sip.

Sepertinya nih ya, penggunaan istilah kawin campur yang sebelumnya disebut sebagai nikah beda agama, udah diplesetkan menjadi pernikahan berbeda bangsa. Padahal, toh 2 orang yang menikah tadi tetep aja berbeda keyakinan. Sama ataupun beda negara tempat dia tinggal. Tapi bergesernya istilah ini, paling tidak udah jitu banget untuk meredam emosi umat Islam yang super sensi, kalo ada yang hal yang menyinggung iman mereka. Termasuk nikah beda agama ini. Belum lagi blow up dari media yang seakan-akan membias dan serba kabur. Bukan kabur alias lari lho, apalagi kabur nama asli Tessy (itu Kabul om…), tapi kabur disini punya makna yang berarti ga jelas. Ehem, geser-menggeser istilah, itulah yang sekarang lagi bertubi-tubi menyerang umat Islam selama beberapa dekade. Sebagai contoh aja, bergesernya istilah jilbab yang sebenarnya adalah pakaian terusan bagi muslimah, menjadi jilbab dalam arti kerudung. Padahal makna sebenarnya jauh banget kan. Sama dengan istilah Jihad, yang sebenarnya punya makna syar’i perang membela agama Allah, diselewengkan dengan jihad yang punya definisi bersungguh-sungguh. Akhirnya gimana, ya salah mencet tombol to Jeng. Kesetrum deh.

By the way sobat, ga lepas dari geser-menggeser istilah tadi, imud edisi ini bakal bahas soal nikah beda agama. Antara muslim ama non-muslim. Pengen tahu bahasannya? Sekarang duduk manis, tangan dilipat dan dibaca dengan penuh penghayatan ya….

Fenomena globalisasi?

Pernikahan beda agama, bukan fenomena baru lho. Contoh yang banyak diekspos, dan orang-orang kampung semua pada tahu adalah pernikahan pasangan selebriti. Yang ga sama keimanannya, seperti Nurul Arifin-Mayong; Ira Wibowo-Katon Bagaskara; Dewi Yull-Rae Sahetapy (yang akhirnya Rae menjadi muslim, tetapi sekarang udah cerai dengan Dewi), serta Nia Zulkarnaen-Ari Sihasale. Sebenarnya masih banyak sih yang lain, tapi itu tadi beberapa contoh yang pasti kita semua udah pada ngerti. Nah sobat, lepas dari apapun alasan pasangan yang beda agama untuk menikah, terdesak dalam kondisi apapun, nikah beda agama ga lagi didasarkan ama akidah agama mereka, tapi cuma sebatas cinta manusia aja. Ya, cinta manusia yang terbatas dan punya umur sependek hari-hari yang kita lalui. Cinta manusia yang seperti itu, singkat dan ga abadi lho mas. Suer...

Dr. Abdul Majid, dosen Univeritas Pendidikan Indonesia dalam artikelnya yang berjudul Perkawinan Beda Agama dalam Perspektif Islam yang diterbitkan di koran Pikiran Rakyat menulis, “dalam pernikahan beda agama seolah cinta semata yang menjadi dasar suatu pernikahan. Masalah agama dalam beberapa argumen pasangan-pasangan seperti itu kira-kira dapat dirumuskan begini, “Agama tidak boleh dibawa-bawa, oleh karena agama adalah urusan pribadi seseorang. Yang terpenting kita saling mencintai apa tidak?” Tuh gawat kan, main asal senggol dan asal tubruk aja. Trio Macan ya...

Apa yang ditulis oleh Pak Abdul Majid tadi kemungkinan besar ada benarnya. Love is blind. Kalo udah kesengsem, keringatpun rasa asem (emang bener..) . Ih, pernah ngerasain ya, jorok banget sih. Udah ah, back to the topic. (yee… mengalihkan pembicaraan ya..tapi udah ketahuan kok kalo jijay..hehe.). Udah ah, ehem, sobat memang sih, tanpa cinta hidup bakalan hambar, kita ga akan ngerti apa itu sedih dan gembira. Kita juga ga akan ngelihat gimana kasih sayang ortu untuk anak-anaknya, kakak pada adiknya, hingga seorang anak kecil pada hewan peliharaannya yang lutuna, gaulna, imutna, hehe. Cinta memang bikin hidup lebih bermakna, tapi perlu diingat, cinta yang kita maksud disini adalah cinta yang bener. Bener menurut Islam tentunya. Iyuuuuuk.....

Sobat, ada yang bilang kalo munculnya perkawinan beda agama ini adalah dampak dari globalisasi yang udah mendarat di negeri kita. Mau ga mau kita kudu menerima katanya. Eit, tunggu dulu fren, kata siapa kita kudu nerima tiap budaya globalisasi. Kita kudu filter dong. Ga cuma asal ngikut aja. Semua kudu kita sandarkan pada Islam, karena memang Islam itulah yang konkrit, konkrit dan konkrit (cool banget ga sih gaya gue) lho-lho kok jadi Bajaj API. Tapi bener lho, bukan kita dan Islam yang ngikut arus globalisasi, tapi budaya globalisasi yang harus disikapi dalam Islam, supaya ga kita telan mentah-mentah gitu. Nah, Islam ngajarin ama kita kalo yang namanya pernikahan itu ibadah.

Ehem....baca bener-bener ya, selain cinta dan ketulusan hati dari 2 insan yang mau menuju ke jenjang ini, juga kudu didasarkan pada akidah yang sama. Kenapa? Nah karena dengan inilah kehidupan suami-istri akan tenteram, penuh rasa cinta dan kasih sayang. Keluarga mereka bakal bahagia dan kelak memperoleh keturunan yang sholih dan sholihah. Nah, didasarkan ajaran Islam juga, deskripsi kehidupan suami-istri bakal bisa diwujudkan kalo suami-istri punya keyakinan agama yang sama, sebab keduanya berpegang teguh untuk melaksanakan satu ajaran agama, yaitu Islam. Tapi sebaliknya, jika suami-istri berbeda agama, bakal muncul berbagai kesulitan di lingkungan keluarga, misalnya dalam hal pelaksanaan ibadah, pendidikan anak, pengaturan tatakrama makan dan minum, pembinaan tradisi keagamaan, dan lain sebagainya. Tapi buktinya banyak pasangan seleb yang anteng-anteng aja tuh meski beda agama. Lho, kok ngeyel toh, emang sih kelihatannya anteng, tapi dalam Islam, Allah ga ridho lho, dosa besar, apalagi Allah udah jelas mengharamkan hal ini. Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 221 Allah SWT berfirman, ”Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu.” Tuh kan Allah murka. Nanti kalo diterusin, longsor lho rumah kamu.

Ga kebayang deh amburadulnya keluarga kalo ayah dan ibunya beda agama, ga tahu gimana cara didik anaknya. Selain status pernikahan yang ga membuat mereka mendapat ridho Allah, dijamin keluarga mereka ga akan punya tujuan dan pegangan. Apalagi belakangan ini ditemukan berbagai kasus pemurtadan yang punya modus operandi pernikahan beda agama. Awalnya aja ngomong mau ngalah untuk masuk Islam, eh tahu-tahu pas masuk Islam lalu nyeret anak istrinya untuk keluar dari Islam alias murtad. Hati-hati lho yang cewek, jangan gampang kesengsem ama cowok seganteng apapun kalo mereka beda akidah ama kita, apalagi kalo punya tampang bencana alam, duh dikubur hidup-hidup aja. Sebaliknya yang cowok, jangan mau kebelit nafsong ama cewek secaem apapun, nanti malah kasusnya identik ama Nafa Urbach, ups keceplosan... Biarin aja.

Itu menurut Islam, gimana menurut UU di negeri kita? Nah, sejak diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah Nomor 1 Tahun 1974 soal perkawinan, seperti disebut pada Pasal 66 UUP, maka semua aturan perkawinan yang jadul seperti GHR, HOCI dan Hukum Perdata Barat (Burgelijk wetboek) serta peraturan perkawinan lainnya udah ga laku lagi.

Pasal 2 (1) UUP berbunyi, ”Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Dalam penjelasan UUP disebut kalo, ”Dengan perumusan Pasal 2 (1) ini, tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945”. Prof. Dr. Hazairin, S.H. secara tegas menjelaskan pasal 2 (1), ”Bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan melanggar hukum-hukum agamanya sendiri. Demikian juga bagi orang kristen dan bagi orang hindu atau hindu-buddha seperti dijumpai di Indonesia.” Tuh kan sama aja. Sobat perlu kamu tahu ya, agama katholik prinsipnya ngelarang dilakukannya perkawinan antaragama, kecuali dalam hal-hal tertentu, uskup dapat memberi dispensasi untuk melakukan perkawinan antaragama. Sedang agama protestan membolehkan dilakukannya perkawinan antaragama, dengan syarat kalo pihak yang bukan protestan kudu bikin surat pernyataan ga keberatan perkawinannya dilangsungkan di gereja protestan (ih, males po’o). Ditambah agama hindu dan buddha yang ngelarang dilakukannya perkawinan antaragama. Tuh kan, jadi sebenarnya seleb atau siapapun yang ngelakuin pernikahan beda agama, sebenarnya udah ngelanggar aturan agama mereka sendiri. Jadi ga usah ditiru, mau nikah kok coba-coba. Minyak kayu putih kali....

Nikah campur? Udah ga zaman

Ehem, sobat sayangnya aturan alias UU perkawinan tadi masih banyak nimbulkan polemik. Ada pihak yang ga setuju nikah beda agama dengan alasan menyalahi aturan agama dan UU. Di pihak lain, ada yang setuju menikah berbeda iman, atas dasar hak asasi manusia. Yah, inilah yang namanya negeri amburadul. Semua sakenake udhele dhewe, khususnya yang setuju nikah beda agama, ke planet Uranus aja (bosen ah ke laut terus). Padahal seharusnya, segala hal dipecahkan menurut aturan yang pasti dan kekal. Ga berubah menurut waktu dan zaman. Apalagi kalo bukan aturan yang diturunkan oleh Dzat yang Maha Kuasa, aturan dari Rabb semesta alam, Allah SWT.

Allah SWT udah jelas-jelas murka ama kita yang mau ngelaksanain pernikahan berbeda agama. Seperti yang termaktub di Qur’an Al Baqarah : 221 tadi. Hal ini ga akan berubah ampe kapanpun. Sampe gajah bisa nyetir mobilpun, aturan ini ga bakal ganti lho. Beda ama sekarang. Seleb yang beda agama bisa enak aja melenggang nikah ibarat ga punya dosa. Ini akibat aturan yang didasarin ama otak manusia yang serba berasas manfaat, cinta, hak asasi atau apapun alasan konyol lainnya.

Nah sobat, udah jelas khan kalo nikah beda agama itu udah ga zaman, nambah dosa dan bikin Allah tambah marah ama negeri kita. Nanti, ga berhenti-berhenti lho bencana yang nimpa negeri ini. Udah saatnya aturan bikinan manusia yang selama ini ngendon dan ga punya penyelesaian, diganti ama aturan Islam yang mengupas tuntas berbagai hal. Ingat lho hanya Islam. Yang lain? lewat!.
Previous Post
Next Post

0 komentar: