Kamis, 26 Oktober 2017

Amir Ibnu Farihah

Amir ibnu farihah adalah maula (budak) Thufail ibnu Harits, dan Thufail adalah saudara tiri Aisyah lain ibu yaitu isteri Rasulullah Saw. Ibunya bernama Ummum Ruman. Setelah Amir mendengar bahwasanya Muhammad ibnu Abdullah diberi wahyu dari Allah, maka Amir bergegas datang ke hadapan Rasulullah. Kemudian menyatakan keislamannya di hadapan beliau. Ke-islamannya menimbulkan kemarahan di kalangan kaum Quraisy karena mereka khawatir makin tersebarnya agama Islam. Mereka mencoba mengembalikannya kepada kekufuran dengan janji kemerdekaan dan juga ancaman, namun Amir hanya menutup telinganya dan mengikrarkan bahwa tidak ada satupun yang ia takuti selain Allah Swt.

Ia kemudian menantang kaum Quraisy, yang membuat kaum itu geram dan lalu melemparnya ke atas batu-batu yang panas di siang hari setelah menelanjanginya, lalu mereka juga menyetrika para budak dengan besi yang panas. Namun tidak ada satupun yang mau kembali kepada kekufuran. Setelah Abu Bakar mengetahui bahwa Amir ibnu Farihah masuk Islam, dan setiap hari ia menanggung beban yang amat berat, maka ia segera pergi ke rumah Thufail untuk membeli Amir.
Setelah Amir memperoleh kemerdekaan ia turut berhijrah bersama Rasulullah Saw, dan menjadi tamu Sa'ad ibnu Khaitsamah. Sa'ad adalah salah seorang dari 12 pemimpin baiat Aqabah yang kedua. Di Madinah, Amir sibukberdagang, tapi dia tidak pernah absen untuk sholat berjama'ah bersama Rasulullah. Ia sedikit berbicara, dan lebih suka berdzikir kepada Allah Swt. Ia juga turut dalam beberapa peperangan, dan termasuk dalm pasukan yang berjalan kaki. Dia juga termasuk yang diberi peringatan oleh Allah Swt pada saat perang uhud, karena melakukan pelanggaran menuruni bukit uhud.

Pada bulan Safar tahun ke-empat hijriah, Sorang pembesar Najed yang bernama Amir ibnu Malik, dengan panggilan Abu Barra yang meminta beberapa utusan dari Rasulullah untukk mengajak kaumnya mengikuti agama Islam. Dan dia berani menjamin kalau utusan tersebut tidak akan diserang oleh kaumnya. Akhirnya Rasulullah mengutus 40 orang yang diantaranya adalah Amir ibnu Farihah, di bawah pimpinan Al Mundzir ibnu Amr. Setelah berkemah di Bi Ma'unah, utusan itu mengirim lagi Haram ibnu Malhan sebagai delegasi untuk menyampaikan surat dari Rasulullah kepada Amir ibnu Thufail yang menjadi tokoh di daerah itu. Amir ibnu Thufail enggan membaca surat itu, sebaliknya ia malah menghunus pedang dan membunuh utusan tersebut. Dia kemudian meminta bantuan Bani Amir untuk meyerang utusan lain Rasulullah, namun Bani tersebut menolak dengan alasan tidak akan melanggar janji Abu Barra'. Bantuan baru dia dapat oleh Bani Sulaim, yang langsung mengepung para utusan Rasulullah. Mereka membunuh para utusan tersebut hingga tersisa hanya 3 orang.
Amir ibnu Farihah, termasuk utusan yang syahid di Bir Ma'unah, ia dibunuh oleh Jabr ibnu Salma al Kabaly dengan tusukan panah di antara dua pundaknya, hingga ujung panah itu menembus pundaknya. Ketika terbunuh Amir ibnu Farihah sempat berkata, "Sungguh aku telah beruntung." Jabar kemudian bertanya, "Karena apakah Amir merasa beruntung pada saat itu?" Para sahabt menjawab, "Ia beruntung karena mati syahid." Jabar menambahkan, "Sungguh, aku melihat jenazahnya terangkat tinggi ke langit, hingga aku tidak bisa melihatnya." Setelah menyaksikan kejadian itu Jabbar menyatakan masuk Islam.

Setelah berita para utusan tersebut sampai ke Rasulullah, beliau merasa sangat sedih, dan beliau bersabda, "Ini adalah perbuatan Abu Barra. Sebelumnya aku tidak ingin mengirim utusan ke Nejeb karena aku khawatir kejadian seperti ini. Kemudian para sahabt melaporkan, "Kami tidak menemukan jenazah Amir ibnu Farihah padahal ia juga mati syahid." Sabda beliau, "Malaikat telah mengubur jenazahnya dan kini ia berada di tempat yang paling tinggi."

Subhanallah....

Dikirimkan oleh Dwi Ningsih - Muslimah SLTP Negeri 18 Surabaya
Dikutip dari: Kehidupan Orang-orang Shaleh
Previous Post
Next Post

0 komentar: